Arabiyah Linnasyiin – Hari raya umat Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha, merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Namun, di Indonesia, terkadang ada perbedaan hari raya antara pemerintah dan salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah. Perbedaan ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi?
Perbedaan hari raya antara pemerintah dan Muhammadiyah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Dalam 23 tahun terakhir, setidaknya pemerintah dan Muhammadiyah mengalami perbedaan Hari Raya Idul Fitri sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 2006, 2007, 2011, dan 2023. Sedangkan untuk Hari Raya Idul Adha, perbedaan terjadi pada tahun 2023.
Perbedaan ini terjadi karena pemerintah dan Muhammadiyah menggunakan metode yang berbeda dalam menetapkan bulan kamariah, yaitu bulan-bulan dalam kalender Hijriyah. Bulan kamariah sangat penting bagi umat Islam karena menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.
Pemerintah menggunakan metode gabungan antara hisab (perhitungan) dan rukyat (pemantauan) dalam menetapkan bulan kamariah. Metode ini mengharuskan pemerintah untuk terlebih dahulu melakukan perhitungan astronomi terkait posisi hilal (bulan sabit) pada hari ke-29 bulan berjalan.
Selanjutnya, pemerintah perlu melakukan pemantauan hilal pada saat Matahari terbenam pada hari yang sama. Jika posisi hilal telah memenuhi kriteria baru yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei, Indonesia, Singapura, dan Malaysia (MABIMS) yakni hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat, maka dapat disimpulkan bahwa pergantian bulan kamariah telah terjadi.
Sedangkan Muhammadiyah hanya menggunakan metode hisab wujudul hilal untuk menetapkan bulan kamariah. Melalui metode tersebut, pergantian bulan terjadi apabila pada hari ke-29 bulan berjalan telah terpenuhi tiga syarat, yaitu terjadi ijtimak (konjungsi), ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, serta Bulan masih berada di atas ufuk pada saat matahari tenggelam.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa perbedaan hari raya antara pemerintah dan Muhammadiyah bukanlah karena adanya perselisihan atau pertentangan. Perbedaan ini hanyalah akibat dari adanya keragaman dan penafsiran terhadap ilmu falak dan metode hisab. Perbedaan ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk memecah belah umat Islam. Umat Islam diharapkan tetap menjaga persaudaraan dan persatuan dalam agama. Umat Islam juga diharapkan mengedepankan sikap toleransi, hormat-menghormati dan meningkatkan ukuwah Islamiyah.
Perbedaan hari raya antara pemerintah dan Muhammadiyah seharusnya tidak menjadi masalah yang mengganggu keharmonisan umat Islam. Umat Islam dapat bersikap bijak dan fleksibel dalam menghadapi perbedaan ini. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh umat Islam dalam menghadapi perbedaan hari raya, antara lain:
- Menghormati pilihan masing-masing. Umat Islam dapat menghormati pilihan masing-masing dalam menentukan hari raya, baik yang mengikuti pemerintah maupun Muhammadiyah. Umat Islam tidak perlu saling menyalahkan atau merendahkan pilihan orang lain. Umat Islam juga tidak perlu memaksakan pilihannya kepada orang lain. Umat Islam dapat mengucapkan selamat hari raya kepada sesama muslim, tanpa mempermasalahkan perbedaan hari raya.
- Menjaga silaturahmi dan kerukunan. Umat Islam dapat menjaga silaturahmi dan kerukunan dengan sesama muslim, meskipun berbeda hari raya. Umat Islam dapat saling mengunjungi, bermaaf-maafan, dan berbagi dengan sesama muslim, tanpa memandang perbedaan hari raya. Umat Islam juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan bersama sesama muslim, tanpa membeda-bedakan hari raya.
- Menambah ilmu dan wawasan. Umat Islam dapat menambah ilmu dan wawasan tentang ilmu falak dan metode hisab yang digunakan oleh pemerintah dan Muhammadiyah dalam menetapkan hari raya. Umat Islam dapat belajar dari sumber-sumber yang terpercaya dan objektif, tanpa prasangka atau bias. Umat Islam juga dapat berdiskusi dengan ahli atau ulama yang kompeten dan moderat, tanpa sikap fanatik atau intoleran.
- Menyikapi perbedaan dengan hikmah dan kebaikan. Umat Islam dapat menyikapi perbedaan hari raya dengan hikmah dan kebaikan. Umat Islam dapat mengambil hikmah dari perbedaan ini, yaitu sebagai sarana untuk meningkatkan ketaqwaan, keikhlasan, dan kesabaran dalam beribadah kepada Allah SWT. Umat Islam juga dapat berbuat kebaikan kepada sesama muslim, tanpa memandang perbedaan hari raya.
Dengan demikian, umat Islam dapat bersikap positif dan konstruktif dalam menghadapi perbedaan hari raya antara pemerintah dan Muhammadiyah. Perbedaan ini tidak harus menjadi penghalang untuk bersatu dan bersaudara dalam agama. Perbedaan ini justru dapat menjadi peluang untuk saling mengenal, menghargai, dan menyayangi sesama muslim.
Rekomendasi Buku Kitab Bahasa Arab seperti kitab Al Arabiyah Linnasyiin dan Hadist – Hadist, silahkan kunjungi alfikar.com dan arabiyahlinnasyiin.com.